Selasa, 05 November 2013

Kareto angen

Lambang Sepeda Raleigh
Kareto Angen atau yang dikenal secara Nasional sekarang sebagai Sepeda Onthel, merupakan alat Transportasi yang sudah lama dikenal di Desa Bailangu. Sepeda jenis ini telah sejak lama digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut padi (gabah) hasil panen dari sawah atau ladang menuju ke desa untuk disimpan di lumbung padi (bilik) atau diangkut ke pabrik penggilingan padi (mabrek), mengangkut kayu bakar (puntung), atau digunakan untuk aktifitas  sehari-hari lainnya. 

Di Era 80an kebawah, ketika jenjang pendidikan di Desa Bailangu belum terdapat SMP Negeri, anak-anak Bailangu yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya  sekolah di SMP Negeri maupun SMA Negeri yang terletak di Kota Sekayu, dan Kareto angen merupakan alat transportasi yang jamak digunakan pada masa itu. Dering lonceng sepeda bergema di pagi hari bersama gemuruh senda gurau anak-anak yang saling menjemput teman-temannya untuk berangkat bersama-sama ke sekolah terdengar merdu dipagi hari, yang melambangkan semangat generasi muda Bailangu untuk menatap masa depannya menjadi lebih baik terutama mengejar ketertinggalan dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Merk kareto angen yang populer di Bailangu adalah Sepeda Raleigh atau biasa disebut masyarakat sebagai kareto Reli. Ada 2 jenis Sepeda Raleigh yang banyak dibeli masyarakat Bailangu yakni : Sepeda Raleigh Robinson dan Sepeda Raleigh Standard. Selain Merk Raleigh ada juga sepeda Jengki Merk Poenix buatan China maupun Merk Norton buatan India yang banyak beredar di Desa Bailangu. Pada Era ini ada beberapa tukang sepeda atau bengkel sepeda yang terkenal seperti "Tulin" yang membuka bengkel sepeda di rumahnya yang berada di Dekat jerambah laut (Jembatan di jalan laut) kampung 3 Desa Bailangu. Beberapa istilah yang sering digunakan berkenaan dengan bersepeda ini antara lain : "Jer-jer" (mengayuh sadel sepeda setengah putaran), "Ngencot kareto" (mengayuh sepeda), "Gendeng" atau "bagendengan" (Dibonceng atau berboncengan).
Kareto Lanang

Ada 2 jenis Sepeda yang biasa digunakan yakni Jenis kareto lanang dan kareto betine. Kareto lanang biasa di gunakan laki-laki karena terdapat pipa sasis yang berbentuk lurus, sementara kareto betine, pipa sasisnya berbentuk lengkungan setengah lingkaran. Pada masa itu (era 80an kebawah) kaum wanita terutama remaja putri di Desa Bailangu masih tabu memakai pakaian celana panjang atau sepan karena dianggap berpakaian seperti laki-laki. Para Gadis terutama di hari Jum'at yang merupakan hari muda-mudi Desa Bailangu masih menggunakan kain sebagai pakaian sehari-hari untuk jalan-jalan. Hal ini lah yang menyebabkan kaum wanita menggunakan sepeda jenis "kareto betine" karena lebih praktis saat menggunakannya dan tidak merepotkan ketika pakaian yang dikenakan jenis sarung/kain.

Kareto betine
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan ekonomi masyarakat Bailangu, kareto angen sudah mulai tertinggal disudut-sudut kenangan sebagai alat transportasi yang pernah menghidupkan roda ekonomi masyarakat maupun sebagai alat perjuangan meraih cita-cita generasi muda di era nya. Kareto angen mulai digantikan angkutan pedesaan jenis mobil dan sepeda motor roda dua. Sementara penopang ekonomi masyarakat mulai bergeser di bidang perdagangan dan perkebunan. Sawah tadah hujan yang penghasilannya hanya sekali setahun mulai ditinggalkan masyarakat yang seiring dengan tertinggalnya kareto angen di lembaran kenangan masa silam. Kareto angen telah melahirkan banyak kisah, sejarah dan romantismenya. Kareto angen telah tertulis sebagai kenangan indah pada masanya. Dan saat ini kareto angen justru banyak diburu oleh masyarakat perkotaan yang telah jenuh dengan polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor. Putaran roda waktu seolah menggilas putaran roda kareto angen di jalanan setapak disekitar ladang, sawah dan talang (kebun para). Kini kareto angen telah lahir sebagai kenangan sejarah yang tertoreh di segenap benak pemakainya yang mulai beranjak tua. "Terima kasih kareto angen, atas lembaran sejarah yang kau torehkan".

Rabu, 24 Juli 2013

Corong

Salah satu cara atau tekhnik menangkap ikan adalah dengan cara menggunakan corong. Tekhnik ini digunakan pada sungai-sungai kecil yang memilki aliran air deras. Caranya yaitu dengan membendung muara sungai dengan anyaman bambu yang dibuat berbetuk hurup U dengan panjang berkisar 10 sampai dengan 25 meter dimana bagian belakangnya di buat semakin meninggi. Hal ini dimaksudkan agar ikan yang mengikuti aliran sungai atau ikan yang terbawa derasnya aliran air akan terperangkap di dalam corong dan terdampar pada ujung corong yang tinggi. Pemilik corong sebelumnya harus mengikuti lelang lebak lebung untuk mendapatkan otoritas mengambil ikan pada suatu sungai/anak sungai tertentu yang merupakan asset Desa.
Salah satu metode

Corong tampak depan
Aktifitas pengolahan atau pengambilan ikan di sungai ini biasa disebut “Ngepak Sungai”atau “basungai”. Penggunaan corong merupakan metode yang efisien untuk menangkap ikan, terutama ikan-ikan yang tergolong berukuran cukup besar. Pemasangan corong biasanya saat air pasang tahunan datang. Aktifitas kegiatan menunggu corong berlangsung 24 jam nonstop, karena gerombolan ikan yang datang waktunya tidak menentu, terkadang pagi, siang, sore bisa juga malam. Pemilik biasanya membuat pondok di atas sungai atau disekitar corong untuk mengawasi kegiatannya. Alat lain untuk menunjang aktifitas corong berupa “sange’, “tangguk” (untuk menciduk ikan), dan “sangko ikan” (sangkar ikan) yang juga terbuat dari bila bambu yang dibuat seperti kotak dengan pintu berada diatas. “Sangko” digunakan sebagai tempat penampungan ikan sementara, selain itu juga untuk memisahkan berbagai jenis ikan tertentu. Pemisahan ikan hasil dari tangkapan corong dilakukan, mengingat harga masing-masing ikan berbeda selain untuk memisahkan ikan pemangsa dengan ikan-ikan yang berukuran lebih kecil. Disekitar Desa Bailangu setiap tahun yang biasanya dibuat/terdapat corong yakni di daerah sungai Guci dan sungai Tilan, tepatnya di muara “Got” (lobang aliran air jalan/drainase/gorong-gorong) yang diameternya kurang lebih 1 meter. Keberadaan got ini saat air pasang menjadi tempat aliran air yang berasal dari luapan sungai Musi menuju ke seberang jalan, sehingga ikan-ikan yang berasal dari sungai Musi yang terjebak mengikuti aliran air secara otomatis akan masuk atau terperangkap kedalam corong.

Hasil tangkapan dan pengolahan :

Suasana di Corong

Hasil tangkapan biasanya dijual dalam keadaan hidup atau di buat ikan salai (ikan asap), ikan asin (pundang dan balur) atau di fermentasi (dibuat rusip, petis, pekasam) atau dibuat makanan olahan seperti : kerupuk, kemplang, pempek, burgo dan lain sebagainya, tergantung jenis ikan dan nilai jualnya setelah diawetkan/diolah.


Selasa, 23 Juli 2013

Buah Are

Kayu Are dikenal sebagai salah satu nama Desa di kecamatan Sekayu. Yakni berjarak dua desa dari Bailangu yang sekarang telah menjadi kelurahan di kecamatan Sekayu. Kayu Are atau dalam bahasa bailangu disebut “Kayu Aghe” adalah jenis pohon yang masuk kategori keluarga pohon Beringin. Buahnya biasanya dibuat lalapan oleh masyarakat Bailangu, yang ternyata memiliki banyak sekali khasiat untuk kesehatan tubuh. Ara/Are  atau Aghe juga dikenal dengan sebutan tin, merupakan jenis buah yang berasal dari Asia Barat. Kayu Are di luar negeri dikenal sebagai pohon Fig, alias Tin (Ficus carica). Di Eropa dan Arab pohon Ara tumbuh sejak ribuan tahun lampau. Keistimewaan Ara adalah bisa berbuah sepanjang musim tersebar di dahan hingga pangkal batangnya. Buah yang sebesar buah kelengkeng Bangkok berkhasiat dalam mengatasi dan mencegah penyakit.


Kandungan :
- gula
- kalsium
- karbohidrat
- protein
- minyak
- benzaldehyde
- vitamin A, C
- kalsium
- magnesium
- potasium.

Khasiat :

Ara memiliki tekstur kulit yang halus, biji renyah, dan daging kenyal. Apa sih manfaat buah ara? Berikut adalah manfaat kesehatan dari buah ara, seperti dilansir Boldsky.

1. Menurunkan tekanan darah
Ara adalah buah yang baik untuk dikonsumsi penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi. Buah ini memiliki asupan kalium dan mineral yang dapat membantu untuk mengontrol hipertensi.

2. Mengontrol berat badan
Ara sangat kaya akan serat. Buah ini adalah pilihan paling tepat untuk Anda yang ingin menurunkan berat badan. Diet tinggi serat dapat membantu untuk memperlambat pencernaan dan menghilangkan rasa lapar.

3. Mencegah risiko kanker payudara setelah menopause
Penelitian telah menunjukkan bahwa asupan rutin dari buah ara dapat membantu mengurangi 34 persen risiko kanker payudara setelah pasca-menopause. Oleh karena itu, banyak dokter menyarankan untuk meningkatkan asupan buah ara pada wanita menopause.

4. Mengobati kelemahan seksual
Buah ara memiliki sifat afrosodiak yang dapat mengobati kelemahan seksual. Buah ini merangsang sekresi yang tepat dari hormon seks sehingga berfungsi sebagai obat disfungsi seksual.

5. Memperkuat tulang
Ara sangat kaya akan kalsium dan mineral yang membantu untuk mempromosikan kepadatan tulang. Kandungan kalium yang sangat tinggi dalam ara dapat mencegah hilangkan kalsium urin yang disebabkan diet tinggi garam.

6. Jantung sehat
Konsumsi buah ara dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah. Trigliserida adalah bentuk utama dari lemak yang beredar dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah dapat menimbulkan obesitas dan masalah jantung.

7. Meringankan efek diabetes
Ara memiliki sifat anti-diabetes yang dapat membantu Anda menurunkan kadar gula darah. Ekstrak daun ara juga baik untuk dikonsumsi saat perut kosong di pagi hari.

Semoga artikel ini dapat memberikan khasanah pengetahuan, tentang berbagai manfaat tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita yang selama ini telah biasa dikonsumsi oleh masyarakat Desa Bailangu.



Minggu, 21 Juli 2013

Pisang Sematu Gedang

Pisang Sematu Gedang dalam bahasa Bailangu, lebih dikenal secara umum di daerah Sumatera Selatan sebagai Pisang Gedah. Dalam bahasa Latin disebut : Musa acuminata atau Musa balbisiana Colla.  Pisang ini sangat familier di Desa Bailangu, karena mudah tumbuh dimana saja dan berbuah tanpa mengenal musim. Pisang ini banyak ditanam di kebun, pematang sawah, tanah-tanah kosong bahkan di pinggiran jalan besar. Bahkan hal ini menjadi ciri khas tersendiri bagi Desa Bailangu, karena ketika kendaraan dari arah Palembang menuju kota Sekayu saat melewati jalan yang kanan kirinya ditumbuhi oleh pohon pisang gedah ini berarti anda telah mulai memasuki kawasan Desa Bailangu. Pohon pisang ini banyak terdapat di kanan kiri jalan mulai dari perbatasan Desa Bailangu dengan Desa Epil atau di daerah Sungai Guci sampai di Ulu Desa di daerah Sungai Tilan. Pisang ini dapat dikonsumsi mulai sejak masih berbentuk "Jantung", yang biasanya dibuat lalapan baik mentah maupun setelah direbus. Atau digulai santan dengan dicampu ikan teri tumis. Sementara buahnya yang masih mentah dan masih mudah sering juga dijadikan lalapan setelah dikupas kulitnya. Atau buah yang masih mentah tersebut dapat juga dijadikan makanan, yakni dengan cara direbus, setelah matang kulitnya dikupas lalu dimakan dengan di cocol gula pasir atau yang lebih khas adalah di cocol ke gula nira atau dalam bahasa Bailangu disebut "manes" (air gula yang berasal dari sadapan tangkai buah enau, lalu dimasak, setelah agak kental dan berwarna kemerahan diangkat dan dimasukkan kedalam botol). Beberapa makanan khas masyarakat Bailangu yang berasal dari buah pisang ini antara lain :

1. Godo Pisang

Godo dibuat dengan cara buah pisang yang telah dikupas, lalu di cacah dan dicampur sedikit tepung dan air lalu digoreng hingga berwarna kecoklatan. Untuk menambah cita rasa ada yang menambahkan kelapa parut dalam adonan godo.

Ada juga yang disebut "lempeng" yaitu adonan godo tapi digoreng dengan cara di peper seperti dadar di permukaan wajan/kuali, dengan diberi sedikit minyak goreng, sehingga aromanya seperti pisang bakar.

2. Kecepan Tungkus
Cara membuatnya yakni beras ketan putih/merah dicuci, lalu ditiriskan. Pisang dikupas, lalu hancurkan dengan cara dicacah menggunakan bibir gelas atau dibejek-bejek lalu dicampur jadi satu : pisang yang telah lumat, kelapa, beras ketan, gula. Diaduk rata. setelah itu adonan diambil menggunakan sendok lalu ditaruh  diatas daun pisang yang sebelumnya telah dilayukan (dipanaskan ke api atau dalam bahasa Bailangu "dilayo") kemudian adonan tersebut digulung atau  dilipat. Setelah itu dikukus sekitar 45 menit hingga 1 jam. Setelah matang kecepan tungkus siap disantap.

Kecepan tungkus dikenal juga dengan nama "tukup pais" atau "pepes pisang"

Pisang  sematu gedang yang telah masak  juga enak disantap tanpa dimasak/mentah karena rasanya yang manis. Bisa juga direbus terlebih dahulu. Pelepah daunnya biasanya dibuat mainan senapan oleh anak-anak, sedangkan batangnya sering dibuat mainan rakit ketika musim air pasang. Sementara batanng dan bokol pisang yang telah membusuk banyak terdapat cacing yang dapat dijadikan umpan pancing, yang biasanya disukai oleh jenis ikan sungai seperti ikan lambak, ikan lais dan sebagainya.


Sabtu, 20 Juli 2013

Katola (Pare Ulo)


Katola adalah salah satu jenis sayuran yang biasa ditanam oleh masyarakat Bailangu. Tanaman ini biasanya ditanam di pematang sawah maupun di kebun atau dihalaman rumah. Musim tanamnya biasanya menjelang tandur padi, dan disaat panen biasanya sayuran ini telah berbuah dan dapat dinikmati sebagai sayuran atau lalapan yang direbus atau di uap pada nasi. Cukup sulit juga menemukan literature mengenai tanaman ini di internet karena perbedaan nama dan penyebutannya. Setelah searching di google ternyata Katola di kenal dengan nama Pare Ulo atau Pare Belut. Katola memiliki bau yang khas saat masih mentah, namun setelah kulitnya yang tipis berwarna hijau bergaris putih dikikis lalu dicuci dengan air kemudian direbus, rasanya seperti labu manis atau seperti rasa kisik/oyong/gambas  . Katola mungkin saat ini telah menjadi tanaman langkah, sehingga banyak yang sudah tidak mengenalnya terutama generasi muda. Untuk itulah kali ini redaksi menyampaikan sedikit gambaran tentang tanaman ini yang mungkin bermanfaat sekaligus dapat bernostalgia sembari mengingat kampung halaman.


Nama lain

Katola disebut juga  Pare Belut/Pare Ular (Pare Ulo) karena bentuk buahnya yang unik memanjang seperti belut panjangnya antara 30-110 cm  dan  berdiameter 4-8 cm.


Katola dikenal dengan nama Latin : Trichosanthes anguina.
Dahulu, forma-forma Pare Belut dianggap sebagai spesies yang berbeda. 

Namun, kini dianggap sebagai varietas :
-
Trichosanthes cucumerina var. anguina (L.) Haines – varietas yang dibudidayakan
-Trichosanthes cucumerina var. cucumerina – varietas liar

Tanaman pare ini termasuk dalam keluarga atau family Cucurbitaceae atau keluarga mentimun dan labu.  Untuk menanam katola atau pare belut tidak susah, karena tanaman ini sangat mudah tumbuh dimana saja, tapi saat ini mungkin bibitnya langka dijumpai di pasaran.  Seperti menanam sayuran yang merambat, kita harus menyediakan para-para atau dalam bahasa Bailangu disebut“Unjo” agar buahnya yang menjuntai ke bawah bisa dengan mudah dipetik.  Satu lagi yang unik, agar buah katola bisa lurus, pada saat buah masih kecil dapat diberi tali pemberat.   Agar didapatkan buah yang lurus memanjang.    

Manfaat Katola
Banyak bagian tanaman ini digunakan termasuk biji, buah dan akar. Buah katola bisa dipakai sebagai obat cacing, dan pencahar. Penggunaan lain yang menarik konon katanya  buahnya dapat digunakan sebagai pengganti sabun.

Cara memasak
Pada umumnya sayuran ini dimakan sebagai menu pelengkap makan nasi yakni sebagai lalapan yang direbus terlebih dahulu. Namun kadangkala dimasak dengan cara ditumis atau sayur bening. Cita rasanya sama seperti sayur kisik/oyong/gambas, bahkan lebih terasa seperti labu manis. 

Kamis, 18 Juli 2013

Ikan betok


Ikan Betok

Betok adalah salah satu jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Bailangu. Hampir setiap terjadinya air pasang tahunan imbas luapan air dari sungai batanghari leko atau Bataleke maka ikan ini segera muncul dan menjadi daya tarik bagi masyarakat yang suka memancing. Dan ketika air telah surut maka ikan betok banyak ditemukan di areal kolam di persawahan yang biasa disebut “kambang” atau dirawa-rawa, sungai-sungai kecil yang telah surut, bahkan dapat juga ditemukan di lubang galian jalan atau lubang gansir. Saat terjadi hujan deras, sering kali ikan ini naik ke daratan di pematang sawah. Pada puncak panen ikan yang disebut “bakarang”, ikan betok biasanya banyak didapat selain sepat siam, ikan tabakang, ikan ruan (gabus), sepat raden maupun ikan taruman (toman). Tesktur dagingnya yang lembut dan berminyak merupakan daya tarik dari ikan ini. Masyarakat Bailangu mengenal dua jenis ikan betok yakni “Betok Batun dan Betok ijat dian”. Betok Batun adalah jenis betok yang berukuran cukup besar berukuran sekitar 10-15 cm, sedangkan betok ijat dian untuk menyebut betok yang berukuran kecil sekitar 3-5 cm atau jenis anakan.


Betok batun

Betok adalah jenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jawa.), puyu (Malaysia.) atau pepuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792).

Ikan yang umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku.

Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (kadang-kadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang.

Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.

Kebiasaan dan penyebaran :

Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar.

Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernapas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimekarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.

Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Tiongkok hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace.

Cara mendapatkan ikan ini masyarakat Bailangu biasanya menggunakan alat selain pancing yaitu : "bubu", jampirai, sekap, maupun dengan cara unik yaitu dengan memukul permukaan air menggunakan sebilah bambu pipih atau belahan bambu yang disebut "kepuk", ketika permukaan air dipukul maka betok yang kaget akan berusaha bersembunyi di dalam lumpur, saat itulah akan terlihat buih maupun lumpur yang terangkat ke permukaan air, lalu disekitar tempat tersebut dipasang sekap yakni perangkap ikan berbentuk kerucut yang bagian atasnya berlubang dan terbuat dari anyaman bambu sehingga betok yang terkurung tidak dapat lari dan tinggal ditangkap dengan tangan dengan cara meraba di seputar sekap tersebut. Pada kebanyakan daerah dengan dipancing berumpan cacing, akan tetapi ada juga dengan menggunakan jangkrik, cilung (ulat bambu). Di Kalimantan Tengah dan Banjarmasin, penduduk setempat mempunyai cara tersendiri, yakni dengan mencampur telur semut (kroto) dengan getah karet dan dimasak dengan cara dikukus. Selain untuk ikan betok, umpan ini juga dapat sebagai umpan ikan seluang.

Betok panggang
Masakan

Masyarakat Bailangu umumnya memasak ikan ini dengan cara di panggang, digoreng, digulai pindang atau gulai tempoyak, maupun semur. Khusus kepalanya biasanya dibuat sebagai bahan baku masakan fermentasi yang disebut Petis. Masyarakat Banjar dan pesisir Kalimantan Tengah memiliki menu khas dari ikan betok (pepuyu dalam bahasa setempat). Pepuyu bakar terkenal sebagai masakan yang enak dari daerah Banjarmasin. Dikenal pula wadi pepuyu, ikan betok yang dibuang sisik, jerohan, dan insangnya dan difermentasi dengan bantuan garam dalam wadah beling. Wadi pepuyu dimasak sesuai selera, digoreng atau disayur.

Rabu, 17 Juli 2013

Buah Rambai


Pohon dan Buah Rambai
Buah Rambai atau buah Ambai dalam bahasa Bailangu adalah jenis buah-buahan yang tumbuh liar, dalam bahasa Latin disebut : Baccaurea motleyana.
Pohon ini tumbuh di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.000 meter dpl. Pohon ini merupakan tanaman buah musiman. Musim bunganya berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember, sedangkan musim buahnya terjadi antara bulan Januari hingga Maret. Kayunya yang keras dimanfaatkan untuk bahan bangunan seperti kusen dan jendela. Perbanyakan tanaman dengan cara semai biji dan cangkok. Tanaman asal biji mulai berbuah umur 7-8 tahun sedangkan tanaman cangkok akan mulai berbuah umur 3 – 4 tahun. Tanamannya sering menjadi penghias taman karena memiliki bentuk tajuk yang indah dan rimbun.Tanamannya dapat diperbanyak dengan cara semai biji , cangkok, dan sambung pucuk. Tanaman dari biji akan mulai berbuah umur 8 – 9 tahun, sedangkan dari cangkok umur 3 – 4 tahun. Di Taman Wisata Mekarsari tanaman rambai dapat dijumpai di area kebun buah Blok D dekat area Rumah Pohon Leo dan Blok B area Country Tour. Selain itu bibit tanamannya tersedia di Garden Center dalam jumlah terbatas. Wujudnya berupa pohon dengan tinggi 9-12 m dengan tajuk pohon yang lebar. Kayunya berkualitas rendah. Daunnya hijau mengkilap di permukaan atas (ventral) dan agak kecoklatan dan sedikit bermiang di sisi bawah. Daun dapat berukuran hingga 33 cm panjang dan 15 cm lebar. Tumbuhan ini berumah dua (dioecious), sehingga dikenal tumbuhan jantan dan tumbuhan betina. Bunganya harum dan bermahkota kuning. Benang sarinya dapat mencapai panjang 15 cm dan putiknya bahkan 75 cm. Buahnya berukuran diameter 2 sampai 5 cm dan seperti bunganya tersusun majemuk seperti rantai. Buah berbentuk bulat berdiameter 2-2,4 cm, berwarna hijau kekuningan atau kemerahan. Kulit buah berwana hijau dan kekuningan saat masak. Tanaman ini memiliki dua jenis buah yang berbeda yakni, berdaging buah putih dan berdaging buah warna merah. Buahnya berkulit agak seperti beludru dengan warna kuning atau coklat muda, berisi 3 sampai 5 biji yang terbungkus oleh daging buah. Daging buah ini dapat dimakan mentah, direbus, atau dibuat selai dan minuman anggur. Kedua jenis ini memiliki buah yang berasa asam dan manis. Selain dimakan langsung buah rambai juga dapat diolah menjadi sirup, asinan, atau difermentasi menjadi minuman.

Manfaat Buah Rambai :

Dibuat menjadi manisan

Buah khas di daerah tropis ini juga dapat dimanfaatkan menjadi manisan buah. Rambai memang cocok dijadikan manisan karena teksturnya yang empuk dan rasanya yang asam manis. Caranya, dengan merebus daging buah hingga matang lalu direndam dengan air gula. Manisan ini dapat awet hingga berminggu-minggu jika disimpan di lemari es.

Dibuat menjadi selai

Rasanya yang asam manis menjadikan buah ini cocok dijadikan selai layaknya selai stroberi atau selai bluberi. Sebagai penggemar selai, tak ada salahnya memanfaatkan buah ini sebagai selai. Caranya hanya dengan menghaluskan daging buah ini dengan blender, jika ingin lebih praktis, lalu dipanaskan hingga menjadi selai yang nikmat. Anda juga dapat mencampurkan gula atau madu secukupnya serta menambahkan satu hingga dua sendok makan jus lemon agar rasa selai lebih enak.

Sebagai bumbu pengganti asam

Di daerah Pulau Bangka Belitung, buah ini biasa digunakan untuk campuran masak ikan. Rasa sensasi manis dicampur dengan sensasi segarnya rasa asam pada buah yang memiliki diameter rata-rata dua hingga lima cm ini dimanfaatkan sebagai pengganti buah asam. Kalau di Bailangu, kulit buahnya biasanya dijadikan penyedap masakan pengganti asam kandis.

Dikutip dari berbagai sumber .

Kamis, 04 Juli 2013

Pucuk Putat


Pohon dan Pucuk Putat
Pohon Putat banyak tumbuh di Desa Bailangu. Pohon Putat yang berbuah sepanjang tahun dicari buahnya yang muda dan pucuknya sebagai ulam atau lalapan. Pohon Putat tumbuh dengan daun yang lebar dan besar. Pohon Putat dapat mencapai ketinggian maksimum hingga 28m, Daun dan dahannya rindang berbentuk seperti payung. Putat merupakan tumbuhan yang biasa dijumpai tumbuh dikawasan tepi sungai atau disekitar kawasan yang berawa. Dapat di jumpai dan tumbuh di kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik. Terdapat dua jenis putat yang sering dijadikan ulam atau lalapan oleh masyarakat Melayu yaitu Putat Hijau dan Putat Merah. Selain pucuk daun, buahnya juga bisa dijadikan ulam atau lalapan.

Beberapa Jenis Putat :
  1. PUTAT SAWAH - Pucuknya agak kelat dimakan dan buahnya yang muda rasanya kelat dan enak dimakan sebagai ulam atau lalapan.
  2. PUTAT HUTAN – Pucuknya enak dan dapat disimpan lama apabila direndam dengan cuka nipah atau air kabung .
  3. PUTAT NASI – Pucuknya enak dan buahnya bulat-bulat berjuntai seperti buah rambai . Rasanya lezat apabila dibuat ulam atau lalapan (untuk awet muda) .
Ada juga putat yang disebut Putat Laut (Barringtonia asiatic). Seperti namanya, putat ini biasa dijumpai tumbuh disekitar pantai. Daunnya juga agak berbeda dengan daun putat rawa dengan warna daunnya hijau gelap yang berkilat. Bentuk buahnya juga berbeda. Walaupun habitat asalnya disekitar laut, ia juga dapat ditanam dalam medium yang lain.
Daun Putat berbentuk bujur, panjang dan tebal. Tepi daunnya bergerigi kecil. Urat daun terlihat dengan jelas. Pangkal daunnya menirus dan bertangkai pendek. Daun muda di bagian pucuk lembut dan berwarna merah keunguan. Daun yang matang berwarna hijau tua dan tebal. Pucuk Putat lembut dan biasa dibuat ulam atau lalapan
Bunga Putat
Bunganya mempunyai empat kelopak. Di dalam kelopak terdapat banyak stamen yang berbulu panjang berwarna merah jambu yang jika dimakan terasa sedikit asam dan sedikit agak pahit. Bunga Putat besarnya lebih kurang 5 cm. la tumbuh secara berjuntai dari dahannya. Kuncup bunga berwarna merah keunguan. Namun ada juga jenis yang bunganya berwarna putih.
Buah Putat berbentuk bulat membujur seperti buah kedondong. Buah Putat mempunyai empat alur yang jelas pada kulit luarnya. Warna buahnya hijau kemerahan. Bijinya besar dan keras serta lonjong.

KHASIAT :

Kebanyakan pucuknya dibuat ulam atau lalapan, yang baik untuk kesehatan kulit, melancarkan darah dan memberi banyak manfaat kepada wanita. Mengkonsumsi Pucuk atau bunga Putat dapat membuat awet muda.
Selain itu, buahnya dapat diparut untuk dibuat jus minuman ataupun dibuat cream pada wajah untuk melicinkan kulit. Akar Putat yang direbus dan diminum air rebusannya dipercayai dapat menyembuhkan keputihan dan menghentikan pendarahan. Akar Putat juga dapat membuat badan terasa sejuk jika dibuat air mandian karena mengandungi saponin.
Di India, daun dan buah Putat populer untuk mengobati gatal-gatal pada kulit, cacar air dan bengkak di kulit. Kulit batang Putat dapat mengurangi komplikasi darah kotor yang membawa virus kanker. Caranya : kelopak kulit batangnya dijemur hingga kering, kemudian dibakar dan dihisap melalui hidung hingga keluar air lendir. Ulangi setiap hari sampai penyakit darah kotornya sembuh.
Putat Bonsai

KEGUNAAN :

Ekstrak biji putat terbukti secara ilmiah mempunyai sifat anti kanker. Di Kerala India, biji putat digunakan untuk merawat berbagai penyakit yang menyerupai kanker. 

(Sumber :http://www.melur.com/ )



Kamis, 09 Mei 2013

Yayasan Bailangu Rahmatullah



SEMOGA MEMBERIKAN KEMASLAHATAN BAGI MASYARAKAT BAILANGU
DAN MENDAPAT RIDHO ALLAH SUBHANNAHU WATA'ALA
KEPADA SEGENAP PARA PENGURUS
SELAMAT BEKERJA DAN SUKSES MENGEMBAN VISI DAN MISI