Selasa, 05 November 2013

Kareto angen

Lambang Sepeda Raleigh
Kareto Angen atau yang dikenal secara Nasional sekarang sebagai Sepeda Onthel, merupakan alat Transportasi yang sudah lama dikenal di Desa Bailangu. Sepeda jenis ini telah sejak lama digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut padi (gabah) hasil panen dari sawah atau ladang menuju ke desa untuk disimpan di lumbung padi (bilik) atau diangkut ke pabrik penggilingan padi (mabrek), mengangkut kayu bakar (puntung), atau digunakan untuk aktifitas  sehari-hari lainnya. 

Di Era 80an kebawah, ketika jenjang pendidikan di Desa Bailangu belum terdapat SMP Negeri, anak-anak Bailangu yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya  sekolah di SMP Negeri maupun SMA Negeri yang terletak di Kota Sekayu, dan Kareto angen merupakan alat transportasi yang jamak digunakan pada masa itu. Dering lonceng sepeda bergema di pagi hari bersama gemuruh senda gurau anak-anak yang saling menjemput teman-temannya untuk berangkat bersama-sama ke sekolah terdengar merdu dipagi hari, yang melambangkan semangat generasi muda Bailangu untuk menatap masa depannya menjadi lebih baik terutama mengejar ketertinggalan dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Merk kareto angen yang populer di Bailangu adalah Sepeda Raleigh atau biasa disebut masyarakat sebagai kareto Reli. Ada 2 jenis Sepeda Raleigh yang banyak dibeli masyarakat Bailangu yakni : Sepeda Raleigh Robinson dan Sepeda Raleigh Standard. Selain Merk Raleigh ada juga sepeda Jengki Merk Poenix buatan China maupun Merk Norton buatan India yang banyak beredar di Desa Bailangu. Pada Era ini ada beberapa tukang sepeda atau bengkel sepeda yang terkenal seperti "Tulin" yang membuka bengkel sepeda di rumahnya yang berada di Dekat jerambah laut (Jembatan di jalan laut) kampung 3 Desa Bailangu. Beberapa istilah yang sering digunakan berkenaan dengan bersepeda ini antara lain : "Jer-jer" (mengayuh sadel sepeda setengah putaran), "Ngencot kareto" (mengayuh sepeda), "Gendeng" atau "bagendengan" (Dibonceng atau berboncengan).
Kareto Lanang

Ada 2 jenis Sepeda yang biasa digunakan yakni Jenis kareto lanang dan kareto betine. Kareto lanang biasa di gunakan laki-laki karena terdapat pipa sasis yang berbentuk lurus, sementara kareto betine, pipa sasisnya berbentuk lengkungan setengah lingkaran. Pada masa itu (era 80an kebawah) kaum wanita terutama remaja putri di Desa Bailangu masih tabu memakai pakaian celana panjang atau sepan karena dianggap berpakaian seperti laki-laki. Para Gadis terutama di hari Jum'at yang merupakan hari muda-mudi Desa Bailangu masih menggunakan kain sebagai pakaian sehari-hari untuk jalan-jalan. Hal ini lah yang menyebabkan kaum wanita menggunakan sepeda jenis "kareto betine" karena lebih praktis saat menggunakannya dan tidak merepotkan ketika pakaian yang dikenakan jenis sarung/kain.

Kareto betine
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan ekonomi masyarakat Bailangu, kareto angen sudah mulai tertinggal disudut-sudut kenangan sebagai alat transportasi yang pernah menghidupkan roda ekonomi masyarakat maupun sebagai alat perjuangan meraih cita-cita generasi muda di era nya. Kareto angen mulai digantikan angkutan pedesaan jenis mobil dan sepeda motor roda dua. Sementara penopang ekonomi masyarakat mulai bergeser di bidang perdagangan dan perkebunan. Sawah tadah hujan yang penghasilannya hanya sekali setahun mulai ditinggalkan masyarakat yang seiring dengan tertinggalnya kareto angen di lembaran kenangan masa silam. Kareto angen telah melahirkan banyak kisah, sejarah dan romantismenya. Kareto angen telah tertulis sebagai kenangan indah pada masanya. Dan saat ini kareto angen justru banyak diburu oleh masyarakat perkotaan yang telah jenuh dengan polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor. Putaran roda waktu seolah menggilas putaran roda kareto angen di jalanan setapak disekitar ladang, sawah dan talang (kebun para). Kini kareto angen telah lahir sebagai kenangan sejarah yang tertoreh di segenap benak pemakainya yang mulai beranjak tua. "Terima kasih kareto angen, atas lembaran sejarah yang kau torehkan".