Desa Bailangu terletak ditepian Sungai Musi dan diapit oleh Sungai Batanghari Leko, Dibagian Hulu Desa terdapat Sungai Tilan, sebelah Ilir Sungai Guci. Sungai Guci menempati sejarah tersendiri karena dalam sejarah perjuangan berdirinya Negara Republik Indonesia Sungai Guci mendapat catatan dalam perjalanan panjang perjuangan bangsa. Dimulai pada masa Sultan Mahmud Badarudin II dimana Sungai Guci adalah benteng pertahanan Sultan dalam rangka menghambat lajunya tentara belanda dan Inggris, konon dahulu pada waktu itu terdapat seuntai Kawat Baja berukuran besar yang dipasang melintang menyeberangi Sungai yang bertujuan untuk menghambat kapal-kapal Belanda dan Inggris untuk masuk kedaerah hulu Sungai Musi. Dan memang tidak ada jejak2 peninggalan Belanda Di Kabupaten Musi Banyuasin sehingga memberikan bukti bahwa penjajahan tidak pernah terjadi didaerah ini. Juga pada masa perang kemerdekaan Sungai Guci kembali menjadi benteng pertahanan dalam rangka menghambat laju musuh Negara yang akan melewati Jembatan Desa Teluk.
Hal ini memberikan Inspirasi bahwa saya dilahirkan ditanah pejuang, tanah yang tidak mengenal menyerah dan tanah yang tidak pernah dijajah. Kita boleh hidup berdampingan dengan siapa saja, berteman dan bersahabat dengan siapa saja, tapi tidak ada satu orangpun yang boleh menjajah, dan menindas saya sebagai "orang Bailangu".
Berangkat dari keinginan untuk berubah dalam strata kehidupan, untuk tidak lagi hanya menjadi petani sawah, dimana lingkup kehidupan yang telah mengaliri darah dan nadi kami. Orang tua kami yang berprofesi sebagai guru SD (Bapak) terutama yang paling keras menanamkan nilai-nilai bahwa hidup itu harus berubah, dan perubahan itu hanya bisa didapat dengan kerja keras dan tekad yang kuat. Akhirnya dengan segala kesederhanaan, kelemahan ekonomi, kami berusaha menjadi kuat dalam perjuangan meraih cita-cita yaitu sebuah perubahan dalam harapan angan-angan seorang anak desa yang mengejar impian ditengah keterasingan, dan kerasnya kehidupankota . Setapak demi setapak langkah kami terus bergerak, walau kadang tertatih-tatih. Kami seolah menjadi sekumpulan pungguk yang merindukan bulan, terus melangkah tanpa tahu seperti apa akhir yang akan kami dapat. Berusaha dan berusaha menggapai apapun masa depan yang dapat kami rengkuh, asal kami tidak lagi berkubang dalam air sawah yang gelap pekat bercampur dengan rerumputan ganggang rawah, habitat segala jenis binatang dari yang memberi berkah seperti ikan sepat, betok, gabus dan lain sebagainya sampai hewan melata seperti ular sawah, lintah dan berbagai jenis kuman yang siap bersahabat dengan kulit tubuh kecil kami yang tidak terlampau padat gizi.
Dan perjuangan itu mulai menampakkan hasil, kini kami telah dapat menempatkan diri ditengah kemajuan zaman dan teknologi. Cita-cita, keinginan dan harapan yang kami jalankan mungkin tidak jauh berbeda dengan keinginan dan harapan anak Bailangu lainnya. Semoga generasi muda Bailangu semakin berkembang, dan dapat lebih diperhitungkan di kancah lokal maupun Nasional bahkan Internasional.
Berangkat dari keinginan untuk berubah dalam strata kehidupan, untuk tidak lagi hanya menjadi petani sawah, dimana lingkup kehidupan yang telah mengaliri darah dan nadi kami. Orang tua kami yang berprofesi sebagai guru SD (Bapak) terutama yang paling keras menanamkan nilai-nilai bahwa hidup itu harus berubah, dan perubahan itu hanya bisa didapat dengan kerja keras dan tekad yang kuat. Akhirnya dengan segala kesederhanaan, kelemahan ekonomi, kami berusaha menjadi kuat dalam perjuangan meraih cita-cita yaitu sebuah perubahan dalam harapan angan-angan seorang anak desa yang mengejar impian ditengah keterasingan, dan kerasnya kehidupan
Dan perjuangan itu mulai menampakkan hasil, kini kami telah dapat menempatkan diri ditengah kemajuan zaman dan teknologi. Cita-cita, keinginan dan harapan yang kami jalankan mungkin tidak jauh berbeda dengan keinginan dan harapan anak Bailangu lainnya. Semoga generasi muda Bailangu semakin berkembang, dan dapat lebih diperhitungkan di kancah lokal maupun Nasional bahkan Internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar