Basindo
Yaitu suatu tradisi yang biasa dilakukan muda mudi sebagai bentuk pendekatan terhadap
lawan jenis dalam mencari Jodoh. Tradisi ini biasanya diawali dengan "Ngendakke" yakni
pihak laki-laki (bujang) menitipkan pesan lisan kepada seorang perantara (mak
comblang) untuk menyampaikan kepada seorang gadis bahwa si bujang (laki-laki)
ingin bertemu dan berkenalan disuatu tempat , dan setelah ada tanggapan
dari pihak si gadis serta setelah ada kesepakatan bertemu maka dilakukanlah
pertemuan tersebut di suatu lokasi tertentu. Biasaya pertemuan lebih banyak di
laksanakan sambil duduk di tangga rumah, biasanya si bujang akan duduk di
tangga bagian atas sedangkan si gadis di tangga bagian bawah. Ini menyimbolkan
bahwa laki-laki Bailangu sebagai calon pemimpin dalam rumah tangga.
Zaman dulu untuk
mendekati seorang gadis si bujang harus memahami simbol yang diperlihatkan
berupa jalinan rambut sigadis.
- Jika rambutnya dibiarkan
terurai dan tergerai bebas berarti dia "masih jomblo" atau belum
memilki pacar dan belum terikat dengan siapapun.
- Jika rambutnya dikepang kekiri,
berarti sigadis sudah ada yang mendekati tetapi dia belum memberikan
keputusan atau bisa jadi sebagai simbol penolakan terhadap
laki-laki yang mendekatinya.
- Jika rambutnya dikepang
kekanan, berarti sigadis sudah memiliki tambatan hati atau sebagai simbol
jawaban pendekatan yang dilakukan laki-laki yang mendekatinya diterima.
- Jika rambutnya dikepang dua
kiri kanan, berarti sigadis telah memiliki tunangan dan sudah tidak dapat
diganggu lagi. Dan biasanya jika ada yang nekat, maka akan terjadi
kemungkinan bentrokan antara laki-laki tunangannya dengan pihak laki-laki
yang berniat merebut sigadis tunangannya, namun jika sigadis
melakukan penghianatan terhadap tunangannya maka akan dikenakan denda
adat.
Basindo merupakan
langkah awal mencari jodoh sebagai tradisi orang Bailangu.
Malasirih
Yaitu suatu tradisi
ketika pihak laki-laki (bujang) ingin meminang seorang gadis. Biasanya hal ini
dilakukan setelah adanya kesepakatan antara bujang dan gadis untuk melanjutkan
kearah jenjang pernikahan. Dimana dalam tradisi ini ada wakil dari pihak
laki-laki yang mendatangi keluarga pihak perempuan dengan membawa seperangkat
sirih sebagai tanda sekaligus biasanya membawa bukti kesepakatan antara bujang
dan gadis seperti kain gadis yang diberikan kepada bujang atau kesepatan
tertulis yang telah ditanda tangani oleh kedua sejoli beserta saksi (biasanya
ada saksi teman dari kedua sejoli atau orang yang dianggap berkompeten dengan
masalah ini seperti perangkat desa atau tokoh masyarakat)
Tandang
Yaitu tradisi setelah
adanya penerimaan pinangan dari pihak laki-laki oleh pihak perempuan, maka
Keluarga Pihak laki-laki dipersilahkan datang ke keluarga perempuan. Biasanya
dalam pertemuan ini dilakukan kesepakatan penentuan hari pelaksanaan Acara
Perkawinan meliputi "ngantat petulung", "ngundak
ughang", "mbuat ayam mungkul", sampai "hari akad
nikah". Juga disampaikan tentang permintaan uang hajatan dan Mas Kawin dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki.
Nuwi
Yaitu tradisi mengundang
keluarga secara lisan, kerabat dan handai taulan untuk datang ke hajatan,
biasanya Nuwi diwakilkan pada anak muda yang mengetahui silsilah kekerabatan,
memahami tata etika dan sopan santun, hal ini penting agar tidak ada keluarga
dekat yang terlewatkan dalam undangan lisan tersebut. Biasanya orang yang
ditunjuk adalah anak muda yang sebelumnya telah dibekali pengetahuan tentang
sanak keluarga yang akan diundang, dalam melaksanakan kegiatan Nuwi petugas
harus memakai pakaian yang rapi dan sopan seperti memakai Jas, kain tajung
sebagai selempang serta tanjak. Dan ketika menyampaikan pesan undangan tersebut
duduk bersimpuh atau bersilah lalu mengucapkan kata-kata "kami mewakili
keluarga si Anu bin Si Anu, Nak Ngenjuk Tau serte ngajak, bahwa Si Anu Nak
ngawinke (menikahkan) Anaknye Tanggal sekian" kemudian petugas memaparkan
rencana Tanggal pelaksanaan Negakke Tarup, Ngantat petulung, Ngundak Ughang
sampai hari pernikahan.
Negakke
Tarup
Yaitu tradisi gotong
royong membangun tarup (bangunan tambahan tempat memasak atau berkumpul) yang
biasanya dibangun menempel di rumah induk. Bangunan ini juga biasanya digunakan
juga untuk menampung bantuan dari sanak saudara berupa sembako maupun keperluan
hajatan lainnya.
Anak
Belay
Yaitu sanak keluarga
yang ditunjuk sebagai petugas mempersiapkan menu untuk hajatan, tugas utamanya
memasak Nasi dan air Minum. Biasanya anak belay ditunjuk dari kalangan keluarga
dekat yang dipercaya, misalnya menantu atau ipar. Ini mengingat masakan dan minuman
merupakan hal krusial yang harus dijaga dalam perhelatan hajatan serta untuk
menghindari adanya sabotase dari pihak lain terhadap kegiatan hajatan.
Ngantat
petulung
Yaitu tradisi memberikan
bantuan ala kadar untuk pihak yang menyelenggarakan hajatan, terutama dalam
hajatan pernikahan. Tradisi adalah termasuk ciri khas gotong royong anak
melayu. Bantuan biasanya berupa beras, kelapa, ayam, bumbu dapur dan lain
sebagainya yang berkaitan dengan keperluan hajatan.
Ngundak
ughang
Yaitu tradisi mengumpulkan
sanak keluarga, jiron tetangga sebelum hari H pernikahan, pada acara ini
kegiatan utamanya adalah memasak dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk pesta
pernikahan. Pada acara ini biasanya masakan utama yang di masak adalah "Ayam
ungkul". yakni ayam yang dimasak dengan bumbu utama santan kelapa
tua yang sangat kental, dan merupakan makanan persembahan kepada Pihak kedua
mempelai.
Ngarak
penganten
Yaitu kegiatan
masing-masing mempelai keliling kampung untuk berkenalan dengan keluarga besar
pasangannya. Pengantin Laki-laki akan berkunjung dan mendatangi keluarga
mempelai perempuan sedangkan mempelai perempuan berkunjung dan mendatangi
keluarga mempelai laki-laki. Tujuan acara ini secara umum adalah untuk
memperkenalkan pengantin ke khalayak umum dan secara khusus memperkenalkan
pengantin dengan keluarga besar pasangannya.
Ngantat
ayam ungkul
Tradisi ini bersamaan
dengan acara "ngundak ughang" biasanya masak ayam
ungkul dilaksanakan pada saat acara ngundak ughang kemudian setelah selesai
masak-memasak maka perwakilan keluarga pihak mempelai laki-laki akan
berkunjunng ke keluarga mempelai perempuan sambil membawa makanan yang telah
dimasak dengan simbol utamanya adalah ayam ungkul, selain itu berbagai kue bolu
dan lain sebagainya. Dan biasanya pihak keluarga mempelai perempuan akan
membalas dengan memberikan masakan yang telah mereka buat juga. Tradisi ini
bermaksud sebagai simbol terjalinnya kekeluargaan antara kedua keluarga.
Ningkuk
Yaitu tradisi
berkumpulnya muda-mudi di rumah pihak yang menyelenggarakan hajatan pernikahan,
dimana acara ini bertujuan sebagai ajang keakraban sekaligus ajang perkenalan
antara muda mudi yang masih lajang untuk mencari pasangan. Biasanya dalam acara
ini digelar berbagai permainan seperti duduk rebut bangku dan lain sebagainya.
Ngantat
parebot
Yaitu tradisi dimana
pihak keluarga perempuan melepas pengantin perempuan kepada pihak pengantin
laki-laki sekaligus disertai dengan membawa berbagai perabotan rumah tangga
yang biasanya dibeli dari uang permintaan pengantin perempuan seperti peralatan
dapur, tempat tidur, lemari pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya.
Mintek
suke
Yaitu tradisi terakhir dalam sebuah acara hajatan perkawinan, dalam acara ini biasanya digelar pantun bersahut sebagai acara hiburan bagi segenap keluarga besar yang telah menggelar hajatan untuk menghilangkan penat selama kegiatan yang telah menguras tenaga dan waktu. Acara ini dipenuhi gelak dan tawa bahagia sebagai tanda telah diterimanya keluarga baru dalam keluarga besar sekaligus sebagai acara pembubaran panitia perhelatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar