Kamis, 15 Desember 2011

Adat Perjodohan Desa Bailangu


Basindo

Yaitu suatu tradisi yang biasa dilakukan muda mudi sebagai bentuk pendekatan terhadap lawan jenis dalam mencari Jodoh. Tradisi ini biasanya diawali dengan "Ngendakke" yakni pihak laki-laki (bujang) menitipkan pesan lisan kepada seorang perantara (mak comblang) untuk menyampaikan kepada seorang gadis bahwa si bujang (laki-laki) ingin bertemu dan berkenalan disuatu tempat , dan setelah ada tanggapan dari pihak si gadis serta setelah ada kesepakatan bertemu maka dilakukanlah pertemuan tersebut di suatu lokasi tertentu. Biasaya pertemuan lebih banyak di laksanakan sambil duduk di tangga rumah, biasanya si bujang akan duduk di tangga bagian atas sedangkan si gadis di tangga bagian bawah. Ini menyimbolkan bahwa laki-laki Bailangu sebagai calon pemimpin dalam rumah tangga.

Zaman dulu untuk mendekati seorang gadis si bujang harus memahami simbol yang diperlihatkan berupa jalinan rambut sigadis.
  • Jika rambutnya dibiarkan terurai dan tergerai bebas berarti dia "masih jomblo" atau belum memilki pacar dan belum terikat dengan siapapun.
  • Jika rambutnya dikepang kekiri, berarti sigadis sudah ada yang mendekati tetapi dia belum memberikan keputusan atau bisa jadi sebagai simbol penolakan terhadap laki-laki yang mendekatinya.
  • Jika rambutnya dikepang kekanan, berarti sigadis sudah memiliki tambatan hati atau sebagai simbol jawaban pendekatan yang dilakukan laki-laki yang mendekatinya diterima.
  • Jika rambutnya dikepang dua kiri kanan, berarti sigadis telah memiliki tunangan dan sudah tidak dapat diganggu lagi. Dan biasanya jika ada yang nekat, maka akan terjadi kemungkinan bentrokan antara laki-laki tunangannya dengan pihak laki-laki yang berniat merebut sigadis tunangannya, namun jika sigadis melakukan penghianatan terhadap tunangannya maka akan dikenakan denda adat.
Basindo merupakan langkah awal mencari jodoh sebagai tradisi orang Bailangu.

Malasirih

Yaitu suatu tradisi ketika pihak laki-laki (bujang) ingin meminang seorang gadis. Biasanya hal ini dilakukan setelah adanya kesepakatan antara bujang dan gadis untuk melanjutkan kearah jenjang pernikahan. Dimana dalam tradisi ini ada wakil dari pihak laki-laki yang mendatangi keluarga pihak perempuan dengan membawa seperangkat sirih sebagai tanda sekaligus biasanya membawa bukti kesepakatan antara bujang dan gadis seperti kain gadis yang diberikan kepada bujang atau kesepatan tertulis yang telah ditanda tangani oleh kedua sejoli beserta saksi (biasanya ada saksi teman dari kedua sejoli atau orang yang dianggap berkompeten dengan masalah ini seperti perangkat desa atau tokoh masyarakat)

Tandang

Yaitu tradisi setelah adanya penerimaan pinangan dari pihak laki-laki oleh pihak perempuan, maka Keluarga Pihak laki-laki dipersilahkan datang ke keluarga perempuan. Biasanya dalam pertemuan ini dilakukan kesepakatan penentuan hari pelaksanaan Acara Perkawinan meliputi "ngantat petulung", "ngundak ughang", "mbuat ayam mungkul", sampai "hari akad nikah". Juga disampaikan tentang permintaan uang hajatan dan Mas Kawin dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki.

Nuwi

Yaitu tradisi mengundang keluarga secara lisan, kerabat dan handai taulan untuk datang ke hajatan, biasanya Nuwi diwakilkan pada anak muda yang mengetahui silsilah kekerabatan, memahami tata etika dan sopan santun, hal ini penting agar tidak ada keluarga dekat yang terlewatkan dalam undangan lisan tersebut. Biasanya orang yang ditunjuk adalah anak muda yang sebelumnya telah dibekali pengetahuan tentang sanak keluarga yang akan diundang, dalam melaksanakan kegiatan Nuwi petugas harus memakai pakaian yang rapi dan sopan seperti memakai Jas, kain tajung sebagai selempang serta tanjak. Dan ketika menyampaikan pesan undangan tersebut duduk bersimpuh atau bersilah lalu mengucapkan kata-kata "kami mewakili keluarga si Anu bin Si Anu, Nak Ngenjuk Tau serte ngajak, bahwa Si Anu Nak ngawinke (menikahkan) Anaknye Tanggal sekian" kemudian petugas memaparkan rencana Tanggal pelaksanaan Negakke Tarup, Ngantat petulung, Ngundak Ughang sampai hari pernikahan.

Negakke Tarup

Yaitu tradisi gotong royong membangun tarup (bangunan tambahan tempat memasak atau berkumpul) yang biasanya dibangun menempel di rumah induk. Bangunan ini juga biasanya digunakan juga untuk menampung bantuan dari sanak saudara berupa sembako maupun keperluan hajatan lainnya.

Anak Belay

Yaitu sanak keluarga yang ditunjuk sebagai petugas mempersiapkan menu untuk hajatan, tugas utamanya memasak Nasi dan air Minum. Biasanya anak belay ditunjuk dari kalangan keluarga dekat yang dipercaya, misalnya menantu atau ipar. Ini mengingat masakan dan minuman merupakan hal krusial yang harus dijaga dalam perhelatan hajatan serta untuk menghindari adanya sabotase dari pihak lain terhadap kegiatan hajatan.

Ngantat petulung

Yaitu tradisi memberikan bantuan ala kadar untuk pihak yang menyelenggarakan hajatan, terutama dalam hajatan pernikahan. Tradisi adalah termasuk ciri khas gotong royong anak melayu. Bantuan biasanya berupa beras, kelapa, ayam, bumbu dapur dan lain sebagainya yang berkaitan dengan keperluan hajatan.

Ngundak ughang

Yaitu tradisi mengumpulkan sanak keluarga, jiron tetangga sebelum hari H pernikahan, pada acara ini kegiatan utamanya adalah memasak dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk pesta pernikahan. Pada acara ini biasanya masakan utama yang di masak adalah "Ayam ungkul". yakni ayam yang dimasak dengan bumbu utama santan kelapa tua yang sangat kental, dan merupakan makanan persembahan kepada Pihak kedua mempelai.

Ngarak penganten

Yaitu kegiatan masing-masing mempelai keliling kampung untuk berkenalan dengan keluarga besar pasangannya. Pengantin Laki-laki akan berkunjung dan mendatangi keluarga mempelai perempuan sedangkan mempelai perempuan berkunjung dan mendatangi keluarga mempelai laki-laki. Tujuan acara ini secara umum adalah untuk memperkenalkan pengantin ke khalayak umum dan secara khusus memperkenalkan pengantin dengan keluarga besar pasangannya.

Ngantat ayam ungkul

Tradisi ini bersamaan dengan acara "ngundak ughang" biasanya masak ayam ungkul dilaksanakan pada saat acara ngundak ughang kemudian setelah selesai masak-memasak maka perwakilan keluarga pihak mempelai laki-laki akan berkunjunng ke keluarga mempelai perempuan sambil membawa makanan yang telah dimasak dengan simbol utamanya adalah ayam ungkul, selain itu berbagai kue bolu dan lain sebagainya. Dan biasanya pihak keluarga mempelai perempuan akan membalas dengan memberikan masakan yang telah mereka buat juga. Tradisi ini bermaksud sebagai simbol terjalinnya kekeluargaan antara kedua keluarga.

Ningkuk

Yaitu tradisi berkumpulnya muda-mudi di rumah pihak yang menyelenggarakan hajatan pernikahan, dimana acara ini bertujuan sebagai ajang keakraban sekaligus ajang perkenalan antara muda mudi yang masih lajang untuk mencari pasangan. Biasanya dalam acara ini digelar berbagai permainan seperti duduk rebut bangku dan lain sebagainya.

Ngantat parebot

Yaitu tradisi dimana pihak keluarga perempuan melepas pengantin perempuan kepada pihak pengantin laki-laki sekaligus disertai dengan membawa berbagai perabotan rumah tangga yang biasanya dibeli dari uang permintaan pengantin perempuan seperti peralatan dapur, tempat tidur, lemari pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya.

Mintek suke

Yaitu tradisi terakhir dalam sebuah acara hajatan perkawinan, dalam acara ini biasanya digelar pantun bersahut sebagai acara hiburan bagi segenap keluarga besar yang telah menggelar hajatan untuk menghilangkan penat selama kegiatan yang telah menguras tenaga dan waktu. Acara ini dipenuhi gelak dan tawa bahagia sebagai tanda telah diterimanya keluarga baru dalam keluarga besar sekaligus sebagai acara pembubaran panitia perhelatan.




Tidak ada komentar: