Selasa, 31 Januari 2012

Kisah Puyang Orak

Puyang Orak adalah salah satu dari tiga istri Puyang Dak Bepusat alias Ketip Tiudin, konon menurut cerita turun temurun yang kami terima Puyang Orak terkenal kecantikannya. Kalau dalam base dusun "putih koneng, bamatek sipit, rambut panjang tergerai ikal mayang bak gelombang". Dan Puyang Dak bepusat menaklukkan hatinya dengan "kucur" pemberian raja kubu muara bengkulu.

Karena beliau hidup di era perjuangan Sultan Mahmud Badarudin II, dimana saat itu Bailangu merupakan benteng pertahanan Sultan tatkala mundur ke Ulu Musi, maka ada sekelumit cerita yang berkaitan dengan Sultan Mahmud Badarudin II dan Keluarga Puyang Dak Bepusat ini, terutama berkenaan dengan Puyang Orak.
Menurut cerita turun temurun yang kami terima, kecantikan Puyang Orak yang terkenal di seantero MUBA akhirnya terdengar juga oleh Sultan, dan sebagaimana cerita yang kami dapat Sultan Mahmud Badarudin II selain terkenal sebagai pejuang yang anti penjajahan, juga seorang flamboyan karismatik yang menyukai wanita-wanita cantik. Dan konon menurut cerita kakek kami, salah satu penyebab terjadinya penghianatan adiknya Sultan Ahmad Najamudin II adalah karena beliau mengetahui bahwa Kakaknya Sultan Mahmud Badarudin ternyata menaruh hati pada istrinya. Dan hal tersebut diketahui oleh Sultan Ahmad Najamudin atas laporan istrinya, karena saat Sultan Ahmad Najamudin diperintahkan memimpin perang mempertahankan benteng di Plaju Sultan Mahmud Badarudin sempat "mendekati istri" beliau. Dan karena sakit hati atas perlakuan kakaknya tersebut maka akhirnya Sultan Ahmad Najamudin akhirnya berkhianat dan berpihak kepada Belanda dan salah satu kisah yang terkenal adalah disampaikan beliau kepada Belanda tentang rahasia membobol benteng "kuto besak" yaitu peluru meriam tidak boleh menggunakan peluru besi sebagaimana biasanya, namun diganti dengan peluru jeruk bali. Sebagaimana yang dapat kita saksikan saat ini tebal dinding benteng Kuto besak mencapai satu setengah meter dan konon rakyat MUBA berperan serta dalam pembangunan benteng tersebut dengan menyumbang telur sebanyak 3 kapal roda lambung, yang putih telurnya digunakan sebagai perekat batu bata benteng kuto besak.

Selanjutnya saat Sultan membendung serangan Inggris dan Belanda di Desa Bailangu, ternyata kecantikan Puyang Orak terdengar juga ke telinga Sultan, sehingga pada suatu hari dikirimlah utusan Sultan tandang kerumah Puyang Dak bepusat yang disambut oleh ketip Jalil Putranya. Lalu Ketip Jalil kecil memberitahukan tentang kedatangan tamu utusan Sultan tersebut ke Puyang Dak Bepusat. Dan akhirnya tamu tersebut diterima langsung oleh Puyang Dak Bepusat dengan ramah tama.

Namun alangkah terkejutnya Puyang Dak Bepusat mendengar arah pembicaraan utusan Sultan yang menyinggung-nyinggung tentang kekaguman Sultan terhadap kecantikan Puyang Orak istri beliau. Diam-diam Puyang Dak Bepusat memahami kemana arah pembicaraan tersebut yang nampaknya berujung pada pinangan sang Sultan. Yang tentunya sebagai seorang Sultan yang dikagumi dan disanjung serta didukung perjuangannya, ada rasa segan untuk menolak secara kasar pinangan tersebut, namun sebagai seorang suami beliau merasa terinjak-injak harga dirinya, manakala istri yang sedang dipersunting dipinang oleh orang lain. Lantas beliau memanggil putranya Ketip Jalil untuk meminta ibunya "Puyang Orak' agar membuatkan minuman untuk para tamu utusan Sultan tersebut. Tidak berapa lama kemudian datanglah Puyang Orak membawa nampan berisi minuman dan kue ala kadar sebagai hidangan bersantap. Dengan sopan Puyang Orak mempersilahkan para tamu untuk mencicipi hidangan yang dipersembahkan olehnya, dan tatkala para tamu baru mencicipi minuman yang disediakan tadi, pada saat bersamaan Puyang Orak membalikkan badan untuk kembali ke ruang belakang, tiba-tiba Puyang Dak Bepusat menghunus sebilah Mandau lalu menebaskannya ke punggung "Puyang Orak" berkali-kali sambil berkata "jadi istri harus cekatan, ini utusan Sultan, seharusnya kamu harus lebih sopan dan hormat" katanya berulang-ulang seolah marah kepada istrinya tersebut. Tapi ajaibnya Puyang Orak tidak terluka sedikitpun, dan hal ini membuat utusan Sultan terkejut sekaligus takjub dan menjadi takut dan bertambah segan kepada Puyang Dak Pepusat. Setelah kejadian yang singkat dan berjalan cepat tersebut, Puyang Dak Bepusat tetap melayani para tamunya bercengkerama seolah tidak terjadi apa-apa. Tetapi dari kejadian tersebut utusan Sultan memahami bahwa mereka telah melanggar etika dan adat istiadat serta harga diri Orang Bailangu sehingga akhirnya mereka pamit dan menyampaikan hasil pertemuan tersebut dengan Sultan. Atas pertimbangan sumbangsih, dukungan, dan loyalitas masyarakat Bailangu pada perjuangan beliau dan dedikasi loyalitas masyarakat Bailangu yang berhasil menewaskan seorang Jendral Inggris (Meares), maka Sultan mengambil sikap bijak meminta maaf atas sikapnya dan memaafkan apa yang dilakukan oleh Puyang Dak Bepusat.

Dan ternyata apa yang dilakukan Puyang Dak Bepusat terhadap istrinya Puyang Orak adalah sebuah Show of Force atau unjuk kekuatan kepada utusan Sultan, bahwa istrinya saja memiliki "Ilmu yang tinggi" (kebal senjata tajam) apalagi beliau sendiri. Dan makna filosofi yang diajarkan beliau kepada anak cucu keturunannya adalah harga diri adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar oleh siapapun termasuk oleh Raja yang dihormati sekaligus yang dikagumi beliau. Dan semenjak itu ada semacam pesan yang tidak tertulis yang beliau sampaikan kepada anak cucunya, yakni untuk tidak mengagumi sosok pimpinan secara berlebihan apalagi menganggap seorang pemimpin seperti manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, sehingga cenderung bersikap mendewa-dewakan pimpinan, karena sikap tersebut mengarah kepada syirik/menduakan tuhan. Dan sepertinya karakter tersebut masih melekat dengan orang Bailangu yang cenderung bersikap bersahabat dengan siapapun tetapi tatkala harga dirinya terusik maka perlawanan adalah harga mati yang harus dipertahankan sampai berkalang tanah.

Cerita ini kami dapatkan dari kakek kami H. Muhammad Yusuf atau biasa dikenal dengan Nenek Bogor alias Penggawa Yusuf.  Cerita ini tidak bermaksud mendeskriditkan seseorang terutama Sultan Mahmud Badarudin II, karena begitulah kisah yang disampaikan secara turun temurun disertai dengan beberapa fakta sejarah, terutama tentang kehadiran Sultan di Bailangu yang tercatat dalam sejarah.

Tidak ada komentar: