Kamis, 09 Februari 2012

Kisah Puyang Dak Bepusat dan Emas Dogan


Puyang Dak bepusat yang bernama asli Tiudin selain terkenal memiliki Ilmu kesaktian juga seorang Ulama sehingga beliau memangku jabatan Ketip atau penghulu agama yang merupakan jabatan turunan dari ayahnya yaitu Ketip Rakam, Jabatan ini juga dilanjutkan oleh anak tertua beliau yaitu Ketip Jalil.

Kisah ini terjadi pada bulan Ramadhan tetapi tahun nya tidak diketahui secara pasti.

Pada suatu malam di bulan Ramadhan sehabis tarawih dan tadarus, Puyang Dak Bepusat lalu tertidur. Dalam tidurnya yang nyenyak tersebut tiba-tiba beliau terbangun karena merasa hari sudah siang. Lalu beliau membuka jendela dan nampak langit terang benderang dan beliau merasa bangun kesiangan, lalu menyadari belum menunaikan sholat subuh. Kemudian beliau bergegas pergi kesungai Musi, namun anehnya Sungai Musi mengalami kekeringan yang luar biasa, sampai tidak terdapat air setetespun ketika sampai di dasar sungai. Kemudian beliau berjalan kaki menyusuri Sungai Musi sampai ke daerah Hulu atau Ulu Musi, barulah disana beliau menemukan air untuk berwuduh.

Setelah berwuduh, beliau kembali beranjak pulang untuk segera menunaikan sholat subuh di masjid Desa. Namun tatkala sampai di desa, sesaat sebelum naik tebing, beliau melihat pohon kelapa di pinggiran sungai Musi nampak merunduk atau melengkung ke bawah hingga buahnya mencapai dasar sungai. Lalu beliau mengambil sebutir buah kelapa muda yang masih berupa Dogan, kemudian beliau bawah ke Masjid. Sesampainya di Masjid, kelapa tersebut beliau masukkan kedalam Beduk, lalu beliau menunaikan sholat subuh sebagaimana biasa. Setelah menunaikan Sholat subuh sendirian di Masjid, beliau kembali lagi kerumah. Sesampainya dirumah, beliau masih merasakan ngantuk yang amat sangat, lalu kemudian beliau tertidur kembali.

Saat beliau terbangun, maka beliau melanjutkan aktifitas seperti biasanya yakni pergi keladang dan sawah sampai hari menjelang sore. Pada saat tiba waktunya berbuka puasa beliau teringat dengan Dogan yang tadi subuh disimpan di dalam beduk, lalu beliau memerintahkan salah seorang anaknya untuk mengambil Dogan tersebut, lalu mengambil airnya untuk ditampung di gelas dan diminum, setelah itu beliau membelah dogan tersebut untuk diambil daging isinya. Saat Dogan dibelah ternyata Dogan tersebut tidak hanya berisi daging kelapa sebagaimana biasa, melainkan terdapat sebongkah emas.

Emas tersebut akhirnya terkenal sebagai “Emas Dogan”, dan Emas tersebut akhirnya menjadi benda pusaka yang hanya dibagikan pada garis keturunan laki-laki beliau, dan Kakek kami H. M. Yusuf sebagai cicit (piut) garis keturunan langsung beliau akhirnya mendapat kan bagian emas tersebut kurang lebih satu suku, yang oleh orang tua kami (Bapak) dibuat cincin. Dan Emas tersebut saat di bawa ke Palembang dan diukur kadarnya bernilai 22 karat. Emas yang berupa cincin tersebut hanya disimpan sebagai benda kenangan dan tidak pernah dipakai. Dan diwanti-wanti oleh Kakek dan Bapak bahwa Emas tersebut tidak boleh dipakai oleh garis keturunan perempuan dari Puyang Dak Bepusat sebagaimana pesan turun temurun yang disampaikan oleh Puyang Dak Bepusat sendiri, apalagi jika yang memakainya bukan keturunan Puyang dak Bepusat sama sekali, tentunya sangat dilarang.

Pernah ada kejadian menarik, sekitar tahun 1980 saat saya kelas 2 SD, saat itu kakek kami baru menikahi wanita sunda, yang kami panggil Nenek Sunda. Saat menjelang sedekah aqiqah keponakan kami, Kakek membuka sebuah kotak yang berisi berbagai benda peninggalan yang terawat rapi, berupa uang logam zaman Belanda, beberapa kain batik koleksi Ibu kami, dan juga sebuah cincin emas yang di bungkus kain putih. Si Nenek begitu melihat cincin emas tadi langsung mengambil dan memasangnya di jari manis kiri beliau. Melihat hal tersebut Bapak memperingatkan sang nenek untuk tidak memakai cincin tersebut karena tidak boleh. Namun beliau ngotot dan mengatakan tahayul, dan tidak mau melepas cincin tersebut dari jemarinya. Seminggu setelah memakai cincin tersebut, tiba-tiba sang nenek jatuh sakit dan selalu mengingau, setelah berobat ke mantri desa namun tidak kunjung sembuh, akhirnya di panggil seorang paranormal dari Desa Supat. Menurut Paranormal tersebut nenek sunda memakai sebuah cincin pusaka, dan cincin tersebut harus segera dilepas agar tidak lagi mengalami sakit tersebut. Dan setelah cincin dilepas sang nenek mendadak sehat, dan menurut ceritanya selama sakit, dia didatangi seorang kakek-kakek yang selalu marah dan memukul dirinya.

Sayang nya cincin Emas tersebut saat ini sudah tidak berada lagi di keluarga kami, karena dicuri oleh salah seorang kerabat yang sudah dianggap anak sendiri oleh Bapak dan disekolahkan serta tinggal dirumah. Menurut pengakuannya cincin tersebut di jual kepada Orang Desa Kayuare. Dan kerabat tersebut pernah diperingatkan Bapak untuk mengembalikan cincin Emas tersebut, karena takut terjadi sesuatu pada dirinya, karena cincin tersebut adalah benda pusaka yang seharusnya tidak boleh dipegang oleh orang lain selain keturunan Puyang Dak Bepusat dan itupun harus dari keturunan laki-laki. Setelah sekitar 3 tahun ditunggu setelah kejadian pencurian, cincin tersebut tidak juga dikembalikan, tiba-tiba mendadak kami mendengar kerabat tersebut meninggal kecelakaan pada usia yang masih sangat muda/remaja. Sehingga sampai saat ini nasib cincin tersebut hilang tidak tahu rimbanya dimana. Dan siapa orang yang membeli dan memegang cincin tersebut tidak pernah diketahui.

Terlepas dari hal-hal gaib tentang cincin tersebut, menurut pendapat ulama yang pernah kami tanyakan, Puyang Dak bepusat telah mendapatkan Emas tersebut dalam peristiwa yang biasa kita kenal sebagai malam Lailatul Qodar. Dan mungkin hikmah dari peristiwa tersebut adalah, agar anak cucu keturunannya selalu mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu Wata’ala. Dan Cincin tersebut sebagai cara Allah Swt, menunjukkan kekuasaannya …! Emas bisa ditemukan didalam sebutir kelapa, tentunya sulit dicerna dengan akal, kecuali berdasar iman kepada Allah Subhannahu Wata’ala. Wallahu 'alam bisshawab !

1 komentar:

AutoLink mengatakan...

hadir menyapa

http://mjanaun.blogspot.com