Pisang Sematu Gedang dalam bahasa Bailangu, lebih dikenal secara umum di daerah Sumatera Selatan sebagai Pisang Gedah. Dalam bahasa Latin disebut : Musa
acuminata atau Musa balbisiana Colla. Pisang ini sangat familier di Desa Bailangu, karena mudah tumbuh dimana saja dan berbuah tanpa mengenal musim. Pisang ini banyak ditanam di kebun, pematang sawah, tanah-tanah kosong bahkan di pinggiran jalan besar. Bahkan hal ini menjadi ciri khas tersendiri bagi Desa Bailangu, karena ketika kendaraan dari arah Palembang menuju kota Sekayu saat melewati jalan yang kanan kirinya ditumbuhi oleh pohon pisang gedah ini berarti anda telah mulai memasuki kawasan Desa Bailangu. Pohon pisang ini banyak terdapat di kanan kiri jalan mulai dari perbatasan Desa Bailangu dengan Desa Epil atau di daerah Sungai Guci sampai di Ulu Desa di daerah Sungai Tilan. Pisang ini dapat dikonsumsi mulai sejak masih berbentuk "Jantung", yang biasanya dibuat lalapan baik mentah maupun setelah direbus. Atau digulai santan dengan dicampu ikan teri tumis. Sementara buahnya yang masih mentah dan masih mudah sering juga dijadikan lalapan setelah dikupas kulitnya. Atau buah yang masih mentah tersebut dapat juga dijadikan makanan, yakni dengan cara direbus, setelah matang kulitnya dikupas lalu dimakan dengan di cocol gula pasir atau yang lebih khas adalah di cocol ke gula nira atau dalam bahasa Bailangu disebut "manes" (air gula yang berasal dari sadapan tangkai buah enau, lalu dimasak, setelah agak kental dan berwarna kemerahan diangkat dan dimasukkan kedalam botol). Beberapa makanan khas masyarakat Bailangu yang berasal dari buah pisang ini antara lain :
1. Godo Pisang
Godo dibuat dengan cara buah pisang yang telah dikupas, lalu di cacah dan dicampur sedikit tepung dan air lalu digoreng hingga berwarna kecoklatan. Untuk menambah cita rasa ada yang menambahkan kelapa parut dalam adonan godo.
Ada juga yang disebut "lempeng" yaitu adonan godo tapi digoreng dengan cara di peper seperti dadar di permukaan wajan/kuali, dengan diberi sedikit minyak goreng, sehingga aromanya seperti pisang bakar.
2. Kecepan Tungkus
Cara membuatnya yakni beras ketan putih/merah dicuci, lalu ditiriskan. Pisang dikupas, lalu
hancurkan dengan cara dicacah menggunakan bibir gelas atau dibejek-bejek lalu dicampur jadi satu : pisang yang telah lumat, kelapa, beras ketan, gula. Diaduk rata.
setelah itu adonan diambil menggunakan sendok lalu ditaruh diatas daun pisang yang sebelumnya telah dilayukan (dipanaskan ke api atau dalam bahasa Bailangu "dilayo") kemudian adonan tersebut digulung atau dilipat. Setelah itu dikukus sekitar 45 menit hingga 1 jam. Setelah matang kecepan tungkus siap disantap.
Kecepan tungkus dikenal juga dengan nama "tukup pais" atau "pepes pisang"
Pisang sematu gedang yang telah masak juga enak disantap tanpa dimasak/mentah karena rasanya yang manis. Bisa juga direbus terlebih dahulu. Pelepah daunnya biasanya dibuat mainan senapan oleh anak-anak, sedangkan batangnya sering dibuat mainan rakit ketika musim air pasang. Sementara batanng dan bokol pisang yang telah membusuk banyak terdapat cacing yang dapat dijadikan umpan pancing, yang biasanya disukai oleh jenis ikan sungai seperti ikan lambak, ikan lais dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar